PERAHU PADEWAKANG BAKAL BERLABUH
DI PELATARAN H. S. MENGGA
"Iyyau Maraqdiamu, Puangmuaq, Daengmu toaq!" bentak Maraqdia kepada Puang. Mendengar itu, Puang dengan sikap dingin pelan menjawab, "Adaq tzia dipepuang Maraqdia". Demikian salah satu petikan dialog latihan naskah Nyanyian Laut. Naskah teater yang ditulis Ibnu Masyis dan akan dipentaskan oleh Madatte Arts.
Suasana latihan lakon Nyanyian Laut di pelataran sekret Madatte Arts |
Ibnu yang ditemui saat tengah mengecek persiapan latihan para pemain Nyanyian Laut itu menyebutkan, latihan yang telah berjalan sekitar tiga bulan itu merupakan rangkaian persiapan untuk pertunjukan kesenian memeriahkan milad kelahiran Madatte Arts yang ke empat. "Selain persiapan milad ke empat perhelatan ini juga akan dirangkaikan dengan peresmian Rumah Budaya Madatte Arts," urai Ibnu.
Tak heran, jika dalam tiga bulan terakhir ini, siapapun yang pernah melintas pada sore atau malam hari di jalan Mr. Muh Yamin Polewali Mandar, di depan Kantor Lurah Madatte akan dipertemukan dengan pemandangan sekumpulan anak muda yang tengah serius berlatih teater dan musik.
Sekilas Madatte Art
Madatte Arts adalah evolusi dari komunitas pemuda kreatif Yang Muda Yang Kreatif (YMYK) yang eksis di tahun 90-an yang dalam perjalanannya kemudian vakum karena macetnya re-generasi.
Hal ini kemudian memantik kegelisahan Ifdal Trisdianto dan kawan-kawan sampai bergabungnya Nawawi Rundan Lidda yang juga lepasan YMYK untuk kembali merangkul generasi terakhir pemuda di sekitar Kelurahan Madatte untuk menyatu dalam lingkaran baru yang kemudian berlabel Madatte Arts.
Tujuannya hanya satu, untuk menghimpun kembali potensi dan luapan darah seni dalam diri pemuda yang berada di kelurahan Madatte agar mampu memuarakan luapannya dalam wadah kebudayaan, ditengah gempuran budaya luar.
Dalam perjalanannya, Madatte Arts aktif melakukan eksplorasi teater dan kesenian dalam bentuk karya yang tidak asal jadi.
Nyanyian Laut
Setiap perayaan milad Madatte Arts, selalu saja dirayakan dengan mengusung pertunjukan teater dan musik. Tak heran, beberapa judul naskah untuk peringatan milad komunitas ini pun pelan mulai memanjang. Sebut misal, mulai dari naskah Kelahiran Pertama yang disambut dengan naskah Toqdoq. Disusul milad kedua Siapa Poppoq, dan milad ketiga Ayah Ibu Selingkuh Dengan Anjing.
Dan khusus untuk milad pada kali keempat ini sengaja mengangkat judul Nyanyian Laut. Sebagai hasil perenungan dan pembacaan sejarah oleh Ibnu Masyis yang kemudian dituangkan dalam lembaran naskah teater yang bercerita tentang perjuangan orang Mandar saat meletus Perang Makassar sebagaimana yang ada dalam naskah kuno Lontarak Pattodioloang I-II.
Hemat Ibnu, sengaja cerita sejarah Perang Makassar ini dipilih, karena perang ini melibatkan tokoh-tokoh penting. Dimana pada pertempuran yang berlangsung di Benteng Galesong ini merupakan front strategis yang sangat menentukan hasil akhir Perang Makassar.
Tersebab di front inilah seluruh tokoh-tokoh penting dari pihak yang bertikai hadir termasuk Maraqdia Balanipa, Daeng Mallari.
Alhasil Benteng Galesong sampai tak berbekas hari ini. Perkampungan dalam benteng musnah terbakar. Maraqdia Balanipa juga tewas di tempat ini. Begitu dahsyatnya pertempuran di Galesong.
Mencermati naskah Nyanyian Laut ini, dugaan saya, penulis naskah ingin mengajak yang hadir pada malam pementasan nanti melihat muatan Perang Makassar yang di dalamnya syarat dengan ragam intrik, heroisme dan dilema.
Jika tak ada aral melintang, kegiatan Milad Madatte Arts akan dilaksanakan di Pelataran Stadion H.S. Mengga pada tanggal 23 Januari mendatang. Untuk milad kali ini akan dilaksanakan di ruang terbuka. Dimana panggung pertunjukannya secara khusus akan didesain secara artistik dengan menggunakan Kapal Padewakang sebagai properti sekaligus panggung yang akan digunakan para pelakon teater.
Hal ini sengaja dilakukan di luar gedung (out door) karena tiadanya ruang yang dianggap mampu untuk memuat properti Kapal Padewakang. Dan sering kali Madatte mendapat pertanyaan dari beberapa kawan-kawan yang terlibat dalam wilayah kesenian "Mengapa konsep panggung milad (teater) Madatte Arts kesannya selalu biasa saja dan begitu-itu saja". Dan apa yang Madatte lakukan ini, agar garapan tahun ini lebih dewasa dan lebih matang dalam berbagai perspektif dari tahun sebelumnya.
Miniatur Perahu Padewakang dan beberapa sumber bacaan tentang Perang Makassar |
Penting dicatat, mengangkat tema sejarah adalah hal yang sangat penting karena belajar pada sejarah, kita akan kembali menemukan identitas kita, identitas Mandar.
Menguak kisah sejarah, bukan hal yang mudah, penuh cucuran keringat dan kepulan asap rokok karena bicara tentang sejarah, apalagi di Mandar sangat sulit menemukan referensi yang memadai dalam menguak peperangan besar Makassar itu.
Riset kecil di beberapa titik telah dilakukan oleh anggota Madatte Arts dibarengi konsultasi dari beberapa pakar dan kawan, termasuk dengan Horst libner, Muhammad Ridwan Alimuddin, Dahri Dahlan, Zulfihadi, dan Puaq Agus (Tukang Samadun) sebagaimana diberitakan sebelumnya di SulbarDOTcom yang dimaksudkan sebagai langkah membandingkan dengan poin-poin dalam buku yang digunakan sebagai data untuk menambah referensi dalam mengolah gerak dan alur cerita.
Riset tentang laut, pelayaran dan Perahu Padewakang di Pambusuang oleh Madatte Arts |
Akhirnya, awal tahun 2016 Madatte Arts akan kembali membuka peristiwa kesenian. Dan mari menjadi bagian dalam pelayaran ini. Sebab Mandar kita hadir dalam sejarah. Mandar kita punya kisah di lautan. Dan Mandar kita ada dalam nyanyian laut.
Salah satu adegan pertunjukan naskah Nyanyian laut |
(Tulisan ini dimuat di Sulbardotcom)
MUHAMMAD JUNAEDI MAHYUDDIN