Selasa, 09 Mei 2017

SKETSA MANDAR DALAM KENANGAN

SKETSA MANDAR 
(PUISI PILIHAN KARYA NURDAHLAN JIRANA)


Madatte Arts
Buklet bersejarah yang masih saya simpan


Masih jelas dalam ingatan, puisi "Sketsa Mandar" pertamakali saya temukan di dalam lembaran buklet lusuh pagelaran seni "Revitalisasi Budaya Mandar," yang dilaksanakan mahasiswa Polmas (baca: Polman) yang tergabung dalam lembaga Organda KPM-PMM (Kesatuan Pelajar Mahasiswa Polewali Mamasa Mandar) tahun 1993 di auditorium RRI Ujung Pandang (Makassar).

Saya masih ingat sekali, seperti kebanyakan keluarga lain- selepas Isya dan makan malam kita berkumpul bersama keluarga bersenda gurau. Tiba-tiba saya datang membawa buklet milik kakak saya itu dan membuka lembarannya. Entah mulai dari mana Ibuku tiba-tiba meminta saya membacakan puisi "Sketsa Mandar" yang termuat di dalamnya. Saya tersipu malu  dan hanya membaca dalam hati. Saya masih SD kala itu tetapi sampai hari ini masih menyimpan buklet bersama kenangannya.



Madatte Arts
Puisi "Sketsa Mandar" karya Nurdahlan Jirana dalam lembaran buklet


Saya tidak mengenal siapa itu Nurdahlan Jirana. Saya tidak pernah sekalipun melihat wajah beliau secara langsung. Tetapi saya terlanjur terpukau pada 1 puisi pilihan beliau yang kemudian saya tulis lagi dari buklet tadi ke buku binder yang saya gunakan selama 7 tahun kuliah. Puisi yang kemudian saya bacakan lagi di dalam kamar kost saya di Makassar dengan alunan sayang-sayang koqbiq Topole di Balitung oleh Fauzi Risal sahabat saya dari Tinambung dengan lagak berada di panggung besar.

Belakangan menemukan teks puisi "Sketsa Mandar" dari orang lain yang beberapa kata-nya berbeda dengan versi yang saya miliki. Kemudian melacak puisi tersebut di dua buku kumpulan puisi beliau tetapi tak saya temukan. Biarlah, mungkin puisi ini memang hanya berada di dalam buklet lusuh yang saya miliki. 


Madatte Arts
Sketsa Mandar

Iya, biarlah! Seperti banyak kenangan yang tak mungkin kembali pun harapan-harapan yang tak selesai dan seperti Nurdahlan Jirana pernah berceloteh tentang pernah, pernah, pernah dan pernah, tapi kini Mandarmu yang dulu bukan lagi Mandar yang sekarang.


Puisi "Sketsa Mandar" versi lain saya copy paste tanpa izin (tak tahu cara izinnya bagaimana) dari pemilik akun google+ di bawah ini:

SKETSA MANDAR
OLEH NUR DAHLAN JIRANA


Pernah kudengar cicit burung melagukan nyanyian malam
Pernah kulihat gadismu berbaju pokko bersarung sutra mandar dengan rangkaian melati terjuntai di telinganya
Pernah pula kulihat tubuh tinggi semampai dengan rambut tergerai panjang
Dan pernah pula kubaca sebaris kalinda’da kata pilihan ungkapan cinta

Tapi kini,
Aki yang berdiri diparang triti mendengar pesan teluk mandar yang disampaikan kelaut selatan
Kawanku mandarmu yang dulu bukan lagi mandar yang sekarang
Nyanyian alam kodok dan cicit burung telah berganti dengan lagu rock n roll
Baju pokko dan sutra mandar telah diganti oleh jeans,levis,tira dan sadel kings atau model gombrang entah apalagi
Dan tubuh tipalayo tidak lagi Nampak yang ada hanya tubuh ceking katanya model kota
Tari pattu’du dilupakan dan diganti dengan tarian yang namanya dancing, semua ikut karena takut dikatakan KAMPUNGAN.
Kawanku,
Dulu kehormatan sehelai rambut kaum wanitamu sering ditebus dengan tetesan darah diujung badik
Tapi kini tak sedikit lagi bayi yang lahir tanpa upacara adat.