Halidja Somba (memakai jaket) Pencipta Lagu Beruq-Beruq |
Oke, sebenarnya ini permintaan yang sudah sangat lama, tapi baru bisa saya penuhi sekarang. Setelah belakangan diteror siang-malam di WA. Untuk RBN Madatte Arts dan geliat sastra Mandar, interpretasi dan analisis lirik lagu ini saya tulis.
Meskipun lagu ini adalah andalan saya di album Mandar Mind and Soul, saya selalu berusaha mengelak dari permintaan tersebut karena sadar kemampuan Bahasa Mandar saya tidak memadai untuk menerjemahkan lagu seindah dan selegendaris Beruq-Beruq ini. Tapi dengan membesarkan hati, diawali dengan disclaimer: ini hanya pemaknaan saya sebagai penikmat karya seni, yang sangat mungkin keliru/bias, dan bahwa saya terbuka pada setiap kritik saran yang masuk, Bismillah tulisan ini saya mulai juga.
BERUQ-BERUQ
Ciptaan : Halidja Somba
Intro :
Sae bongimaq musori
Lama sudah kau lirik aku
Baqarmaq mupalece
Kuhidup di sanjungmu
Pepalecemu narannuang batangngu
Sanjung puji yang (diam-diam) kudamba
Marondonna duang bongi
Esok lusa
Anna leleo rapeq
Andainya kau berlabuh ke lain hati
Peirrannimi curitana beruq-beruq
Dengarkanlah hikayat bunga melati
Beruq-beruqdi tuq tia
Akan halnya bunga melati
Baqbar di suwu-suwu
Mekar di waktu subuh
Sarombong di malimang
Semerbak di pagi hari
Malassu di asar allo
Kemudian layu di sore hari
Malassunna beruq-beruq
Begitu layu
Nabemmeq dami tuqu
Ia akan gugur ke tanah
Nalandurri topallanreang nyawa
Dilalui pemilik hati yang mudah bosan
Iya wandi anna uwa
Sebab itu kunyatakan
Muaq masaraq mating
Bahwa aku mencintaimu
Paleq duga-dugai
Segerakanlah
Tania iqo nanaeppei lino
Sebab dunia tak akan menunggu
Ponna tarudi tuq tia
Hanya pohon pinang lah
Mala dipetoai
Yang elok ditunggu hingga tua
Tania tia ambanna beruq-beruq
Bukan kembang melati
Tennaq daraq marrannuang
Andai tak menaruh harapan
Loa pepalecemu
Pada tutur manismu
Saemaq toriq naluang pamboyangang
Lama sudah kubina mahligai rumah tangga
Intro :
Analisis:
Jadi menurut saya, lagu Beruq-Beruq ini adalah ungkapan hati seorang perempuan pada kekasihnya tentang keinginan untuk segera membina rumahtangga. Di awal lagu ada lirik 'Sae bongi', maka saya asumsikan mereka sudah berpacaran cukup lama. Dengan menggunakan metafora bunga melati atau beruq-beruq, si perempuan berusaha mempersuasi sang lelaki untuk meminangnya tanpa menunggu lama. Bahwa wangi bunga melati tak berumur lama (baqbar di suwu-suwu, sarombong di malimang, malassu di asar allo), ini adalah pengingat bahwa dibanding laki-laki, kaum perempuan memang lekas menua, -karenanya segerakanlah menikah.
Karena ada bahasan tentang 'lele rapeq' atau berpaling ke lain hati dan 'to pallanreang nyawa', saya pikir si perempuan juga sedang dipenuhi perasaan insecure. Was-was bahwa selalu ada kemungkinan kekasihnya nanti bakal menikah dengan perempuan yang bukan dia, -walaupun sudah sekian lama mereka bersama.
Bahwa perempuan bukanlah pohon pinang yang memang harus ditunggu matang/ tua, saya pikir perempuan dalam lagu ini pro pernikahan di usia muda. Saya tidak tahu seberapa muda atau kritis usia perempuan dalam lagu ini, tapi saya sepakat bahwa perempuan sebaiknya tidak terlalu telat menikah jika menginginkan keturunan. Bukan karena perempuan lebih lekas tua, tapi lebih ke faktor kesehatan, batas usia aman untuk hamil dan melahirkan.
Masuk ke tengah lagu, si perempuan semakin berani. Menegaskan cintanya (Masaraq mating), dan bahwa dunia tak akan menunggu. Turun ke verse penutup, karena sepertinya tak kunjung direspon, ia mulai merajuk dan 'manoso' alias menyudutkan si laki-laki yang tak kunjung melamarnya.
Oke, cukup ya? Hahahaha. Semoga bermanfaat. Diskusi tentang tulisan ini senantiasa saya harapkan, wassalam.
(Rahmi Fajriah. Penggemar berat bikang. Berdomisili di Mamuju)