MILAD V "AKAR RUMPUT" RBN MADATTE ARTS 2017
Perayaan Milad bagi RBN Madatte Arts tidak berhenti hanya dipahami sebagai ajang seremoni belaka. Tradisi pertunjukan Milad menjadi penting ketika menjadi akumulasi spirit, media silaturrahmi sekaligus momen penting proses kreatif. Setiap karya tentu memikul makna.
Setelah melalui rembuk
internal, diputuskan tema Milad V tahun 2017 adalah “Akar Rumput Madatte Arts.”
Tema yang berbau revolusioner ini sengaja dipilih untuk mewakili semangat
kawan-kawan untuk berbuat lebih baik lagi. Para akar rumput-lah sejatinya yang
menopang eksistensi dan mampu bertahan dalam dinamika bermadatte. Akar rumput adalah
Madatte Arts itu sendiri. Kesemuanya tentu berlandaskan kebersamaan, begitu
kira-kira maksudnya.
Setelah berproses
sekitar 3 bulan, 4 (empat) divisi dalam Madatte Arts akhirnya siap mementaskan
paket pertunjukan. Divisi Teater
mementaskan pertunjukan dengan judul, “Siapa Puang.” Divisi Tari mempersembahkan
tarian yang menceritakan tentang kebersamaan. Divisi Sastra menampilkan 1 puisi
dari Zawawi Imron yang berjudul, “Nyanyian Gadis Mandar.” Adapun dari Divisi
Musik menampilkan paket musik perkusi yang diberi judul “Syair Perkusi” dan
beberapa lagu dari album recycle “Mandar Mind & Soul” yang beberapa bulan
lalu dirilis.
Sejalan dengan tema “Akar
Rumput” yang revolusioner, ada kemajuan dalam beberapa paket penampilan dari
tiap divisi. Sebut saja pada paket
teater, kehadiran Ahmad Saleh sebagai sutradara membawa warna baru dalam
perteateran Madatte Arts yang selama ini dikenal hanya bergerak pada garapan
konvensional saja. Banyak guru banyak ilmu, niatnya begitu. Diyakini pengalaman
Ahmad Saleh yang telah lama bergelut dalam dunia teater mampu menularkan energi
positif bagi Divisi Teater Madatte Arts.
Dalam Divisi Musik
sendiri, di Milad tahun ini kami menepis anggapan bahwasanya pemusik Madatte
Arts hanya bisa bermain musik modern. Selain menampilkan musik modern, para
pemusik juga menampilkan garapan musik perkusi yang tabuhan dasarnya diambil
dari tabuhan khas 4 etnis yang ada di Sulselbar yakni, Makassar, Bugis, Mandar
dan Toraja. Musik perkusi tersebut juga dipadu dengan syair yang dianggap
mewakili 4 etnis tadi. Untuk mewakili Makassar, dipilihlah teks sejarah yang
diambil dari Lontarak Pattodioloang yang diucapkan pembesar Kerajaan Gowa kepada
Kerajaan Balanipa Mandar. Untuk Bugis diwakili nada elong Indo Logo. Mandar
sendiri diwakili 3 kalindaqdaq jenaka. Adapun Toraja kami pilih puisi Alm.
Husni Jamaluddin yang berjudul “Namaku Toraja.”
Hal yang menggembirakan
dalam Divisi Tari adalah mereka mampu menciptakan karya baru di Milad tahun ini
dan koreografernya adalah para penari Madatte Arts angkatan pertama yang kini
menimba ilmu di Bandung dan Makassar. Artinya regenerasi di dalam tubuh Divisi
Tari telah berjalan dengan baik.
Memang ada sedikit
kendala dalam proses menuju Milad V tahun ini. Paling berat mungkin akibat
keterbatasan jumlah personel. Tapi kemudian dapat diatasi dengan konsekuensi,
beberapa anggota harus merangkap. Tapi kesemuanya itu merupakan proses yang
berharga.
Seperti Milad tahun lalu, kembali kami mengundang Sanggar Dance Creative (DC), Sikola Paqbanua, Buraq Lembong untuk tampil di acara ini. Adapun Sanggar Tarring Sandeq dan Kosaster SIIN Unasman batal tampil karena sesuatu hal.
Akhir kata, "RBN Madatte Arts harus senantiasa mengevaluasi diri," pesan Pembina Madatte Arts Kanda Mustari Mula. Selasa 28
Pebruari 2017 pukul 19.30 area Sport Center: terima kasih untuk semuanya!