MENGENANG
ALM. NURDAHLAN JIRANA
"MEMBACA NUR DALAM KARYANYA"
Nama asli beliau sebenarnya "Nur." Dahlan adalah nama ayah beliau. Sedangkan Jerana merupakan nama ibunya. Dengan alasan tertentu akhirnya nama ibu beliau, "Jerana" yang disematkan di belakang nama Alm. dirubah menjadi "Jirana."
(Penuturan dari Ibu Irmayanti Amir: istri Alm. Nurdahlan Jirana)
Alm. Nurdahlan Jirana (Foto: Hamzah Ismail Tinambung) |
Sabtu, 30 Juli 2016 Divisi Sastra RBN Madatte Arts melaksanakan acara Mengenang Alm. Nurdahlan Jirana "Membaca Nur Dalam Karyanya" di pelataran sekretariat RBN Madatte Arts. Acara ini digelar sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan tertinggi kepada nama besar Alm. Nurdahlan Jirana yang dalam sepakterjangnya di ranah kesenian Mandar pernah mendesain terciptanya masyarakat kesenian yang diistilahkan teater persaudaraan. Konkritnya beliau kemudian mendirikan Teater Pammarica SMA Negeri 1 Polewali, YMYK (Yang Muda Yang Kreatif) di Manding, Sanggar Dini di Wonomulyo, Semanca, Menara Lapeo, RBP. Sedangkan Teater Flamboyant Mandar Tinambung sendiri adalah binaan bersama Emha Ainun Najib dan Alisyahbana.
Foto bersama panitia acara, para undangan dan murid Alm. Nurdahlan Jirana |
Ide melaksanakan acara ini sejujurnya lahir sesaat setelah menyaksikan pertunjukan teater dari Teater Eja SMA 2 Polewali di FTPA Kampus Unasman akhir Mei 2016. Sempat terkesima dengan garapan mereka yang kala itu mengusung lakon "Primitif Abad Nuklir" (Jahmo) karya Alm. Nurdahlan Jirana. Bagi saya pribadi, naskah Jahmo adalah naskah terbaik yang pernah ditulis putra Mandar. Naskah ini memberi sedikit gambaran tentang kondisi akhir jaman.
Naskah Primitif Abad Nuklir karya Alm. Nurdahlan Jirana |
Setelah membentuk tim kecil di sekret Madatte, Kak Mustari Mula orang pertama yang kami temui. Kapasitas beliau tentu sebagai murid Alm Nurdahlan semasa di YMYK dulu sekaligus sebagai pembina Madatte Arts. Beliau sangat merespon acara ini dan mengarahkan ke beberapa nama yang juga adalah murid Alm antara lain, A'ba Tammalele, Pak Azikin Noer, Pak Bahrun, Kanda Nursaid, Fadly Anwar,Om Anors dan lain-lain.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini sebenarnya 1) pengumpulan karya-karya Alm Nurdahlan Jirana yang banyak tercecer 2) Reuni para murid/ sahabat beliau yang secara langsung memberikan pengetahuan kepada kita yang masih muda ini tentang bagaimana proses kreatif Alm. Alhamdulillah berkat acara ini beberapa karya Alm berhasil kami kumpulkan.
Nurdahlan Jirana sendiri lahir di Campalagian, 12 Desember 1958. Beliau aktif menulis sejak SMP tahun 1974 berkat bimbingan jarak jauh dari seorang wartawan Gema. Setelah tamat SMA di SMA Negeri 1 Polewali, beliau melanjutkan pendidikan di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI) Jogja.
Dalam bidang tulis menulis, beliau kemudian dibimbing Sri Murtono. Sedangkan dalam dunia teater ada Moertri Purnomo dari Bengkel Teater dan Sri Sadono dari Teater Mandiri yang menempa beliau. Karya Alm. banyak tersebar di beberapa media antara lain, Sarinah, Asri, Salam, Forum Pemuda, Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional, Masa Kini, Pedoman Rakyat, Mapress, Pesona, Melati dan Sahabat Pena.
Termuat dalam satu catatan disebutkan bahwa sejak tahun 1997 beliau aktif menulis sastra yang merujuk pada Ayat Al Quran dan dimuat tiap Minggu di koran Mimbar Karya yang bertajuk, Simbol-Simbol sastra Dalam Jagat Raya. Kemudian sejak tahun 1994 membina UKM Kesenian Kampus IAIN Alauddin Makassar sembari aktif di Komite sastra DKM (Dewan Kesenian Makassar) dan Komite Teater Dewan Kesenian Sulsel (DKSS).
Kumpulan puisi Kuburan Puisi Di Sudut Surau karya Alm. Nurdahlan Jirana |
Adapun karya naskah drama beliau antara lain, Arajang Areng Ji (Jogja 1980), Puisi Senandung Dzikir (Jogja 1981), Sang Veteran (Jogja 1982), Kerajaan Hati Taman Puteri (Sulsel 1983), 99 Matahari (Ujungpandang), Primitif Abad Nuklir (Ujungpandang 1994), Sultan Alauddin (Ujungpandang 1995). Sedang karya novelet beliau, Dra. Winarsih (1983) dan sebuah novel yang berjudul, Kembalikan Citramu Ibu (1985). Beliau juga sempat mengeluarkan kumpulan puisi berjudul, 5 Anak Hilang dan Nyayian Maut Anak Laut, Kuburan Puisi Di Sudut Surau. Setelah ditelusuri, ternyata beliau sempat merancang 1 kumpulan puisi lagi yang berjudul, Adzan Untuk Mandarku tapi belum sempat cetak.
Kumpulan puisi Adzan Untuk Mandarku karya Alm. Nurdahlan Jirana (belum cetak) |
Sebagai penutup, terima kasih kepada banyak pihak yang telah mendukung acara kami. Dalam dunia kepenyairan Mandar, para undangan yang hadir sudah cukup mewakili. Salam buat Bunda Dra. Hj. St. Nurbiah, Pak Azikin Noer, Kanda Mustari Mula, Abang Syariat Tajuddin, Keluarga bsar Alm. Nurdahlan Jirana, Kanda Zulfihadi, Kanda Sugianto, Abang Chandra dan Hendra Djafar. Teman-teman Teater ESA UIN Makassar, Ahmad Saleh, Pita Merah, KDM, Kospeta IAI, Sikola Paqbanua, Dance Creative, Padepokan Sastra, Irwan Syamsir, Kanda Ridwan Alimuddin dan lain-lain.
"Generasi penyair muda Mandar jika hanya tahu nama-nama macam Rendra, Emha, Zawawi tapi tak mengenal Nurdahlan Jirana dan sajak Sketsa Mandar, itulah disebut tragedi kebudayaan! (Muh. Fajrin - Penggiat Sastra).
Add Comments