Bagi kita di Polewali Mandar, kata pendopo dan alun-alun sangat khas dengan Kappung Jawa sebagai citarasa yang dibawa para transmigran dari Jawa di masa kolonial saat membuka areal hutan menjadi pemukiman Wonomulyo hari ini. Padahal Rujab Bupati yang kini menjadi kantor DPRD Polman dulunya juga disebut pendopo. Tentu ini bukan kebetulan karena arsitektur pendopo (baca: Rujab) Bupati kala itu memang mirip dengan pendopo Wonomulo yang sama-sama memiliki bangunan teras yang luas terbuka di depannya. Pendopo dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah
bangunan yang luas terbuka tanpa sekat dan terletak di bagian
depan rumah diperuntukkan untuk pertemuan, rapat, peralatan, serta
keperluan lain yang ada hubungannya dengan keperluan masyarakat.
Mesjid Agung Syuhada peninggalan Puang Mengga (Foto: Ibnu) |
Setelah Puang Mengga membangun Rumah Jabatan (Dinas) Bupati yang baru di Pekkabata, pengaruh Jawa terlihat lagi dengan konsep alun-alunnya. Di depan Rujab baru ini menghampar Lapangan Pancasila yang petakannya dikelilingi jalan. Di seberang Lapangan Pancasila dibangun lagi Mesjid Agung Syuhada dengan gaya arsitektur unik tanpa tiang penyangga di tengahnya. Di samping Mesjid, kompleks elit Perumda berdiri. Tak jauh ke belakang, terdapat Pasar Sentral. Entah disengaja atau tidak, demikian itulah konsep alun-alun.
Keterbukaan dan pelayanan sebagai abdi masyarakat: itu yang terkandung secara filosofis dari alun-alun dan pendopo sebagai model khas pengaturan kota jaman dulu.
Keterbukaan dan pelayanan sebagai abdi masyarakat: itu yang terkandung secara filosofis dari alun-alun dan pendopo sebagai model khas pengaturan kota jaman dulu.
Upacara di Lapangan Pancasila dengan latar Rujab Bupati (Foto: Ibnu) |
Add Comments